Cinta Pertama dengan “Surat Palsu”
Salah satu hal yang paling menyenangkan dalam hidup ini adalah mengenang masa lalu yang indah, lucu, nyentrik, unik dan aneh. Peristiwa masa lalu yang tidak menyenangkanpun bila dikenang lagi akan menjadi indah. Itulah yang coba aku kenang sekarang.
Aku masih ingat kala itu, ketika masih kelas 3 SLTP (dulu masih kami sebut SMP) Negeri 4 Lumut, Hutabalang, Sibolga, Sumatera Utara.
Ceritanya begini, kala itu, aku lagi naksir cewek anak kelas 2 SMP yang baru masuk. Tampangnya memang cantik, manis dan senyumnya menggoda, yah memenuhi selera cowok-cowok ABG seusiaku
waktu itu. Konon dia anak pindahan dari salah satu SMP di Jakarta. Aku pengen banget dekat ama dia, tapi aku tidak berani, aku merasa minder, karena latar belakang yang tidak menguntungkan, soalnya aku lahir dan besar di desa, sementara dia berasal dari ibu kota negara ini. Sebagai anak desa, aku juga pemalu. Akibatnya, aku kekurangan nyali untuk mendekatinya dan menyatakan perasaanku.Nah, kebetulan, ada adik kelasku yang satu kelas dengan dia, dan kenal akrap dengannya. Melalui dialah aku menyampaikan isi hatiku.
Waktu itu, tahun 1999, kami belum mengenal yang namanya telepon seluler seperti sekarang. Jadi cara satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menyampaikan perkenalan lewat “surat cinta”. Di situpun muncul kendala, aku tidak tahu mau menulis apa? Apa kalimat pertamanya, lalu isinya bagaimana, ruwet deh. Aku memang tidak pernah pacaran, apalagi menulis surat cinta. Jadi aku pusing tujuh keliling.
Tapi sesulit apa pun, kalau sudah ada niat, maka apa pun akan aku lakukan. Kebetulan ada temanku yang baru lulus SMA, dia sudah biasa pacaran dan mungkin saja dia salah satu tipe cowok play boy. Sebab dia pintar merayu gadis-gadis dengan segudang kata-kata mutiaranya. Aku pun memutuskan “berguru padanya”.
Maka dia mengajariku bagaiamana mendekati gadis pujaanku itu. Katanya begini, “kalau suka ama cewek, jangan langsung tembak jadi pacar, tapi ajak berteman dulu,” terangnya. Menurutnya, isi suratnya itu hanya sebatas perkenalan, lalu menawarkan harapan semoga dia berkenan menerima kita sebagai teman atau sahabatnya. Dia menulis salah satu contoh surat yang aku butuhkan untuk perkenalan dengan kutipan-kutipan kata-kata mutiara di awal surat dan di penghujung surat. Kemudian tulisan itu aku salin di atas kertas yang ada gambar-gambar bunganya dan mengirimkan juga dengan amplop yang ada foto sepasang muda-mudi.
Nah, ternyata sehari kemudian surat itu mendapat respon dari dia. Hatiku begitu riang kala itu, maklum cinta pertama, atau cinta monyet, terserah deh mau bilang apa, yang penting jantungku berdebar kencang waktu itu.
Nah buru-buru surat itu aku tunjukkan ke temanku untuk mempersiapkan balasannya dengan kata-kata yang “jitu”. Setelah itu aku tinggal menyalin kembali dan membalas lagi isi suratnya. Hal itu terjadi berulang kali, sampai suatu saat sampailah ditelinganya bahwa sebenarnya suratku itu “surat palsu”, bukan aku yang menulisnya, aku cuma menyalin. Diapun marah besar, meski demikian, dia sudah terlanjur jatuh cinta padaku.
“Mengapa kamu lakukan seperti itu,” itulah kata-katanya padaku saat itu, tapi harus bagaimana, aku mengaku dosa, sekaligus mengatakan “karena aku sangat mencintaimu,” hehehe. Tapi setelah lulus SMP, aku kira dia sudah melupakanku, tapi ternyata tidak. Dia terus mencariku, dia tanyakan ke teman-temanku, di manakah “sipenulis surat cinta palsu itu”. Tapi kami tak pernah bertemu hingga kini, meskipun demikian, kami sempat saling kontak via telpon dan bersahabat di facebook hingga kini, meski tak pernah bertemu muka lagi.
Itulah kisah cinta pertamaku dengan “surat palsunya”.
Noverius Laoli
Noverius Laoli
0 comments:
Posting Komentar